GUBERNUR DIMINTA ADIL DALAM MENYELESAIKAN SITUS CAGAR BUDAYA GAYO DI BENDUNGAN KEUREUTO 

GUBERNUR DIMINTA ADIL DALAM MENYELESAIKAN SITUS CAGAR BUDAYA GAYO DI BENDUNGAN KEUREUTO 

Spread the love

Agus muliara

Bener meriah suaraaktivis.com Agus Muliara, domisioner Ketua Umum HMI Cabang Takengon, kembali buka suara terkait penyelesaian persoalan makam kuno Gayo di proyek Bendungan Krueng Keureuto.

Menurut informasi, akan ada pertemuan dengan gubernur Aceh usai lebaran idul adha mendatang.

Untuk itu kami meminta kepada Pemerintah Provinsi untuk adil dan akomodatif bagi semua pihak dalam menyelesaikan persoalan Situs Cagar Budaya Kabupaten Bener Meriah ini” ujar Agus Muliara, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (12/06).

Agus menyampaikan, jika Pemerintah Provinsi sewenang-wenang mengambil keputusan sendiri terkait penyelesaian Makam ini maka gesekan sosial bisa saja terjadi, karena Makam bersejarah ini sudah ditetapkan secara hukum sebagai Situs Cagar Budaya Kabupaten Bener Meriah.

Dalam hal ini, jangan sampai ada perlakuan tidak adil untuk semua pihak, potensi gesekan sosial sebagaimana yang terjadi dalam Tragedi Situs Mbah Priok Jakarta di tahun 2010 bisa terjadi kembali.

 

“3 poin tuntutan ahli waris dan seluruh pihak di Gayo tidak akan pernah berubah” kata Agus lagi. 1 Poin sudah direalisasikan oleh Pemda Bener Meriah, dan kami apresiasi setinggi-tingginya untuk itu.

Kami berharap janji yang sudah dituangkan oleh semua pihak dalam beberapa kesepakatan upaya penyelesaian beberapa waktu yang lalu, dipegang teguh oleh semua pihak, khususnya Pemda Bener Meriah, BWS dan PT. Brantas Abipraya.

Sekarang tinggal opsi yang No 2 dan 3 dari tuntutan yang perlu diselesaikan oleh BWS dan PT. Brantas Abipraya

 

“Sekali lagi kami meminta agar pemerintah berlaku adil dalam menyelesaikan, melindungi dan mempertahankan Situs Cagar Budaya bersejarah ini, kami berharap agar opsi sebagaimana yang diterapkan di Situs Candi Muara Takus bisa ditiru juga di Bendungan Keureuto ini.

Artinya Bendungan tetap dibangun, Situs Cagar Budaya juga harus bisa terus dipertahankan, demi peradaban dan pembangunan karakter generasi Aceh dimasa mendatang.

Sultan Iskandar Muda, Sultan Iskandar Tsani, dan Ratu Safiatuddin adalah mereka-mereka adalah Sultan yang mentasbihkan dirinya sebagai Sultan penjaga Makam Leluhur yang sunyi, dan dimasa mereka tidak boleh ada Makam Leluhur yang dirusak.

Jangan sampai di kepemimpinan PJ Gubernur Bustami yang singkat ini, warisan sejarah dan peradaban Aceh yang sangat berharga ini dihancurkan secara tidak bertanggungjawab atas nama pembangunan” tegas Agus muliara.

 

Red

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *